Friday, November 29, 2024

goodbye friend

 Hari ini, seorang teman saya udah berakhir hidupnya. Benar - benar berakhir, dari debu Kembali jadi debu.

Sejujurnya, saya masih merasa denial, saya masih merasa gak percaya bahwa dia dipanggil di usia yang muda banget, 30 tahun.

Ninggalin istrinya yang juga teman saya, ninggalin keluarganya yang selama ini cukup bergantung sama dia.

Saat semua orang muji - muji dia dirumah duka, betapa positive vibesnya dia, betapa baiknya dia, saya cuma diam.

Kenapa? Karena rasanya perpisahan itu jadi begitu real aja. Semuanya jadi terasa terlalu nyata.


Sejujurnya jauh dalam lubuk hati saya, saya masih berharap dia cuma mati suri aja.

Saya berharap suntikan formalin yang disuntik ke tubuh dia ga bener - bener bekerja dan dia bisa bangun dan teriak - teriak di pemakamannya

Saya masih berharap sampai dia akhirnya hari ini di kremasi, untuk membuat saya bener - bener sadar, semuanya udah selesai.


Saya menyadari bahwa hidup manusia itu benar - benar singkat banget, teringat akan lagu WHO AM I,

I am flower quickly fading, here's today and gone tomorrow. Itu bener banget.

Ketika Tuhan bilang cukup udah. Selesai sudah. Tuhan bener - bener ga mandang umur.


Blog ini saya buat untuk seorang yang pernah begitu dekat dengan saya dan keluarga. Henry namanya.

Sejak awal ketemu dia, saya tau dia adalah orang yang bener - bener serius dan bertanggung jawab.

Dari awal dia mau nembak temen saya, dia bener - bener seserius itu, memastikan apakah dia bisa bertahan selamanya sama temen saya ini.

Nyatanya iya, dia setia sampai akhir, cuma sayang akhirnya terlalu cepat buat dia.


Sejujurnya, saya gak bilang dia 100% orang baik. Dia juga manusia biasa dengan segala kelemahannya.

Tapi saya bisa bilang dia baik sama keluarganya, sayangnya dia gak baik sama dirinya sendiri.

Dia sering mengabaikan penyakitnya, gaya hidupnya, semuanya dilakuin untuk kepentingan yang dia anggap lebih penting.

Kepentingan keluarganya.


Henry itu orang yang baik, saya inget dia pernah mampir ke tempat kerja saya cuma buat anterin lumpiah rebung karena mamanya pas bikin dan dia tau saya suka.

Saya juga inget, dia juga pernah nemenin saya dan suami Ketika kunci mobil suami kecemplung di got deket cafe, dia datang, bantuin sampai keliling Kopo - Cimahi - Kopo.

Henry juga suka bercanda, saking Sukanya sampai temennya pernah kasih buku "Kamu Terlalu Banyak Bercanda" yang bikin kita ledekin dia terus.

Sejujurnya sampai detik ini saya masih bisa denger suara ketawa Henry, candaannya, dan ekspresi dia saat dia bercanda.

Saya gak tau berapa lama sampai akhirnya saya lupa suara tawanya, ekspresinya henry atau mukanya dia.

Cuma saya bersyukur, gak liat henry di petinya karena jadinya kenangan terakhir saya sama Henry adalah kenangan saat kita ketawa - ketawa.

One day, mungkin saya gak lagi inget gimana suara tawanya, ekspresinya atau mukanya Henry.

Tapi saya bersyukur, pernah kenal sosok Henry dalam hidup ini.

READ MORE

Wednesday, June 5, 2024

EMANSIPASI WANITA PART 1 TENTANG KURANG BERIMAN

"Kartini juga aktif memperjuangkan emansipasi perempuan,
yaitu pembebasan perempuan dari peran-peran tradisional yang terbatas."

Belakangan ini, sejujurnya gua mulai merasa risih tentang bagaimana orang - orang memandang perempuan di zaman yang katanya udah modern ini.

Sebelum ngebahas topik ini lebih jauh, maka mau tidak mau gua harus menarik mundur jauh dari saat gua nikah. Sebelum nikah, gua adalah seorang pekerja biasa, kerja tiap hari, banting tulang, kasih sebagian uang ke orang tua, sisanya gua pake buat menghidupi aktivitas kehedonan dan keinginan gua sehari - hari. Gitu aja terus, sampai akhirnya pacar ngajakin nikah dan jadi suami gua saat ini.

Setelah nikah, gua langsung off kerja dan setaun setelah nikah hamil gak lama pandemi covid yang bikin makin betah dirumah dan udah ga kepikiran kerja lagi sama sekali tuh. Udah mulai menikmati hidup nerima duit doang. Sampai akhirnya suatu malam gua mengalami anxiety attack.

Jadi kasusnya pas hamil Jio, itu tuh pas pandemi, jadi suami cuma nerima kerjaan gambar aja karena memang setakut itu kalau sampai nanti guanya kena covid padahal lagi hamil. Lalu mulailah bermunculan mimpi buruk yang satu ke yang lain dimana uang suami habis, anak ditahan di RS karna ga mampu bayar dan berbagai mimpi buruk lainnya sampai sampai gua beneran tiap malem bisa kena serangan panik, bangunin suami, nangis sesenggukan, beneran se-stress itu sekalipun suami bilang uangnya ada.

Dari situ, anxiety attacknya bertambah parah, kekhawatiran gua akan kekurangan ekonomi ini terus menjalar, even setelah si anak lahir. Saat liat anak yang chubby gemuk kecil itu di pelukan gua, gua mikir apakah gua bisa bikin anak ini bahagia, apakah gua bisa ngejaga dia, memenuhi semua kebutuhan hidup dia, apakah ada jaminan suami gua bisa terus dapet proyek. Kalau ngga gimana? Ini kan udah bukan hidup kita ber2 lagi. Sekarang ada anak kecil yang harus kita hidupin, kita kasih makanan bergizi, kita sekolahin, kita urusin hidupnya dan semuanya gak ada yang murah.

Kata orang, ketika perempuan ngelahirin anaknya, jiwa keibuannya akan keluar dan mungkin itu yang terjadi kepada gua cuma dengan cara berbeda. Daripada gua merasa pengen meluk anak ini ciumin dia terus, gua jauh lebih mikirin bagaimana gua bisa ngebesarin dia dilingkungan serba berkecukupan, gimana gua bisa besarin dia jadi anak yang mandiri, gimana gua bisa kasih dia "cheat" dalam hidup dimana dia gak usah mikirin mau usaha apa dan bisa terus coba - gagal karena dia tau sampai dia nemuin usaha yang bikin dia maju, dia punya orang tua yang bisa back up dia.

Buat sebagian orang, mungkin itu pertanda gua kurang beriman, tapi pada akhirnya, bukannya iman tanpa perbuatan juga tidak ada artinya?

Dari situ, jujur aja, gua tidak terlalu fokus sama jio. Di waktu luang, daripada baca - baca atau nonton tentang parenting, gua justru fokus nonton tentang bisnis, usaha dan lain - lain. Mungkin itu juga yang bikinanak gua jadi speech delay. Karena si gua malah fokus pada hal - hal lainnya ketimbang betul - betul ada buat anak dan ngurusin setiap perkembangannya.

I know, gua mungkin gagal sebagai mami untuk segelintir orang terutama orang indo dan mertua gua sendiri yang mana menjujung tinggi asas perempuan sebaiknya jaga anak di rumah dan laki - laki aja yang kerja. Tapi disisi lain, bekerja adalah satu - satunya cara gua tetap waras dan gak lagi kena anxiety attack setiap malamnya. 

Karena, gua terlahir dari keluarga dengan papi bucin yang ngelarang mami kerja yang bikin kehidupan kita ancur seancur-ancurnya ketika papi sakit dan akhirnya ninggalin kita semua disaat mami yang seumur idupnya ga pernah kerja tiba - tiba harus mikirin how to survive dengan 3 anak masih sekolah. Dan sekalipun SETIAP MALAM gua berdoa, Tuhan tolong ambil nyawa gua dulu sebelum suami gua. tapi kita kan ga tau rencana Tuhan dan sejujurnya punya anak bikin gua takut mati. Gua takut ninggalin dia disaat dia belum ready ngadepin idup di luar sana. Karena itu gua merasa harus kerja lebih keras lagi untuk bikin hidup dia nyaman.

Mungkin, sebagian orang bakal bilang, kok gila ya padahal beribadah tapi gak beriman kalau hidupnya bakal terpelihara. Tapi pertanyaannya, bagaimana kalau semua anxiety attack yang gua miliki ini datangnya dari Tuhan? Kalau jangan - jangan memang gua pada akhirnya memang harus kerja karena akan ada moment moment kekeringan dalam usaha suami? 

Nanti, akan gua lanjutkan lagi di sharing berikutnya (mudah - mudahan inget yah...) Sementara bersambung dulu karena kerjaan gua lagi banyak BANGET. Thanks God!
READ MORE