Hari ini, seorang teman saya udah berakhir hidupnya. Benar - benar berakhir, dari debu Kembali jadi debu.
Sejujurnya, saya masih merasa denial, saya masih merasa gak percaya bahwa dia dipanggil di usia yang muda banget, 30 tahun.
Ninggalin istrinya yang juga teman saya, ninggalin keluarganya yang selama ini cukup bergantung sama dia.
Saat semua orang muji - muji dia dirumah duka, betapa positive vibesnya dia, betapa baiknya dia, saya cuma diam.
Kenapa? Karena rasanya perpisahan itu jadi begitu real aja. Semuanya jadi terasa terlalu nyata.
Sejujurnya jauh dalam lubuk hati saya, saya masih berharap dia cuma mati suri aja.
Saya berharap suntikan formalin yang disuntik ke tubuh dia ga bener - bener bekerja dan dia bisa bangun dan teriak - teriak di pemakamannya
Saya masih berharap sampai dia akhirnya hari ini di kremasi, untuk membuat saya bener - bener sadar, semuanya udah selesai.
Saya menyadari bahwa hidup manusia itu benar - benar singkat banget, teringat akan lagu WHO AM I,
I am flower quickly fading, here's today and gone tomorrow. Itu bener banget.
Ketika Tuhan bilang cukup udah. Selesai sudah. Tuhan bener - bener ga mandang umur.
Blog ini saya buat untuk seorang yang pernah begitu dekat dengan saya dan keluarga. Henry namanya.
Sejak awal ketemu dia, saya tau dia adalah orang yang bener - bener serius dan bertanggung jawab.
Dari awal dia mau nembak temen saya, dia bener - bener seserius itu, memastikan apakah dia bisa bertahan selamanya sama temen saya ini.
Nyatanya iya, dia setia sampai akhir, cuma sayang akhirnya terlalu cepat buat dia.
Sejujurnya, saya gak bilang dia 100% orang baik. Dia juga manusia biasa dengan segala kelemahannya.
Tapi saya bisa bilang dia baik sama keluarganya, sayangnya dia gak baik sama dirinya sendiri.
Dia sering mengabaikan penyakitnya, gaya hidupnya, semuanya dilakuin untuk kepentingan yang dia anggap lebih penting.
Kepentingan keluarganya.
Henry itu orang yang baik, saya inget dia pernah mampir ke tempat kerja saya cuma buat anterin lumpiah rebung karena mamanya pas bikin dan dia tau saya suka.
Saya juga inget, dia juga pernah nemenin saya dan suami Ketika kunci mobil suami kecemplung di got deket cafe, dia datang, bantuin sampai keliling Kopo - Cimahi - Kopo.
Henry juga suka bercanda, saking Sukanya sampai temennya pernah kasih buku "Kamu Terlalu Banyak Bercanda" yang bikin kita ledekin dia terus.
Sejujurnya sampai detik ini saya masih bisa denger suara ketawa Henry, candaannya, dan ekspresi dia saat dia bercanda.
Saya gak tau berapa lama sampai akhirnya saya lupa suara tawanya, ekspresinya henry atau mukanya dia.
Cuma saya bersyukur, gak liat henry di petinya karena jadinya kenangan terakhir saya sama Henry adalah kenangan saat kita ketawa - ketawa.
One day, mungkin saya gak lagi inget gimana suara tawanya, ekspresinya atau mukanya Henry.
Tapi saya bersyukur, pernah kenal sosok Henry dalam hidup ini.